07 Desember 2008

Menjadi Peternak (Pengusaha) Lele - Part 1

Di sebuah negeri 'langit nan cerah' terdapat seorang bapak yang anaknya sedang jauh (merantau) ke negeri orang. Saat kondisi ekonomi yang serba sulit, usaha sang bapak terkena imbas dan sepi order, yang akhirnya membuat bapak sedikit memeras otak mencoba bisa inisiatif mencari usaha (sampingan) lain. Di saat yang sama, di kampung bapak sedang rame2nya orang berbudaya ikan lele (bahkan sampai susah banget mencari bibit). Setelah berhasil meng-kalkulasi-kan kebutuhan, sang bapak memberitahu ke anaknya tentang rencananya ingin beternak ikan lele. Walhasil, sang anak setuju dengan rencana bapak dengan syarat diterapkan sistim 'untung dijadikan tambahan modal pada tahap berikutnya'. Namun anaknya ingin bapak meng-kalkulasi ulang kebutuhannya (dengan persepsi jangka panjang puluhan tahun, tidak sekedar dalam hitungan tahun). Dan sang anak langsung mengirimkan modal seraya berdoa agar usaha lele ini kelak dapat berhasil sehingga bisa sedikit merubah rizki lebih baik dan bapak tidak perlu lagi terlalu capek baik secara fisik maupun pikiran akibat usaha yang sekarang.

Setelah modal di-transfer, bapak langsung membelanjakan untuk keperluan sesuai yang direncanakan, diantaranya :
1. Membuat 5 buah kolam, 3 buah kolam tanah menggunakan terpal, 2 buah menggunakan dinding plester.
2. Membeli bibit sebanyak 6 ribu untuk 3 buah kolam tanah, sementara kolam dinding plester masih dibiarkan agar kering (baru diisi 4 ribu bibit satu bulan setelahnya).
3. Membeli pakan jadi (pelet) lele per 10 kg untuk satu bulan. Di sisi lain, sang bapak juga membuat pakan sendiri hasil resep dari anaknya yang mencari di internet. Di samping itu, daun 'sedaer' dan daun pepaya (yang terkenal ampuh menjadi anti-bodi lele) juga diberikan.

Rutinitas :
1. Sortir dilakukan pada tiap kolam untuk lele yang berukuran lebih besar karena ditakutkan akan memakan lele yang lebih kecil, maklum aja lele memang termasuk kanibal.
2. Pakan/pelet diberikan tiap hari, pagi dan sore hari, jadi tidak mengganggu pekerjaan bapak yang sudah ada.

Lambat laun seiring dengan waktu yang bergulir, 3 bulan sudah hari berjalan dan akhirnya lele siap untuk dijual (ke tengkulak). Lagi2 perhitungan bapak meleset lagi, hasil yang diharapkan bisa mencapai 10 kuintal hanya tercapai 7 kuintal saja (dan harga per-kg ke tengkulak adalah 11 ribu), Alhamdulillah masih mendapat untung karena sebagian besar pakan/pelet dibuat sendiri. Dapat disimpulkan bahwa panen tahap pertama ini sudah tergolong sukses.

Pada tahap kedua (3 bulan ke depan), bapak mencoba sedikit improvisasi dengan cara bekerjasama dengan rekannya untuk menyebar bibit lele sebanyak 25 ribu di sawah dengan ukuran 13m X 26m, di sisi lain bapak juga tetap menyebar bibit di kolamnya sekaligus memulai pembibitan sendiri.

Tunggu kisah berikutnya ...

2 komentar:

Kurnia mengatakan...

saya sedang ujicoba ke-1 lele des 2010 mas. semakin semangat setelah baca ini. oia tinggal dimana mas..?

Lukman Chakim mengatakan...

mantap pak, hasil sudah mulai kelihatan ? saya dan bapak saya sementara tidak melanjutkan peternakan ini, karena ada hal lain yang lebih urgent untuk dikerjakan, jadi stop dahulu :)

asli saya di malang pak (tempat peternakannya juga di malang), tapi saat ini saya bekerja di padang